Kita tentu sering mendengar istilah selamatan 7 hari, 40 hari, 100 hari, setahunan (pendak pisan – jawa), dua tahunan (pendak pindo – jawa) dan 1000 harian. Tradisi-tradisi tersebut memang dikemas secara islami, lazimnya disertai dengan acara yasinan, namun tahukah Anda bahwa ternyata selama ini tradisi tersebut bersumber dari ajaran agama Hindu? Nah, agar kita menjadi lebih tahu, mari kita coba menelaah secara singkat tentang tradisi-tradisi yang bermuatan Islam tetapi sebenarnya bersumber dari ajaran agama Hindu.
Admin tidak akan menjabarkan apakah ini salah atau tidak, karena memang ini sudah jadi tradisi..dan memang tidak salah juga jika orang mau yasinan pas di acara itu. Jika anda masih menyalahkan tradisi tersebut, dengan dalih bahwa rasul tidak pernah mengajarkan baca yasin di 7 hariannya orang meninggal, berarti ada juga menyalahkan tradisi mudik saat lebaran. Jadi mohon disikapi dengan bijak saja ya…
Seperti kita ketahui dari sejarah, sebelum Islam masuk ke Indonesia, agama Hindu dan Buddha sudah
lebih dulu menjadi agama yang dianut oleh penduduk Nusantara ini. Beberapa kerajaan Hindu yang paling menonjol di Nusantara adalah. Mataram, yang terkenal karena membangun Candi Prambanan yang megah, diikuti oleh Kerajaan Kediri dan Singhasari. Hindu di Indonesia mengalami puncak
kejayaan pada abad ke-14, dan kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar yang pernah ada dalam sejarah Indonesia. Tradisi-tradisi Hindu dari masa lampau hingga kini masih sering kita jumpai di kalangan masyarakat muslim Nusantara.
Dan berikut ini adalah beberapa tradisi yang bersumber dari agama Hindu:
1. Selamatan 3,7,40,100,1000 harian orang meninggal
Saat terjadi salah seorang anggota keluarga atau tetangga yang meninggal dunia, sering kita jumpai ritual keagamaan yang disebut dengan selamatan atau kenduri kematian yang berupa melakukan doa-doa, tahlilan, dan yasinan yang di lakukan pada hari ke-3, 7, 40, 100, dan 1000 setelah kematian. Setelah diteliti, ternyata amalan tersebut tidak dapat di temukan di dalam kitab suci Alquran, Hadits (sunnah Rasul) maupun Ijma dari para Sahabat. Dan Justru, Anda dapat menemukannya di dalam kitab-kitab agama Hindu.
* ) Dalam Kitab Weda Smerti Hal. 99 No. 192, agama Hindu meyakini bahwa roh dari leluhur atau orang yang sudah meninggal harus di hormati, karena mereka meyakini bahwa roh tersebut bisa menjadi dewa terdekat manusia. Selain itu, dalam agama Hindu juga mempercayai tentang adanya Samsara (menitis/reingkarnasi).
* ) Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99 , 192 , 193 berbunyi:
“Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, keempat puluh, keseratus dan keseribu”.
Dalam buku media Hindu yang berjudul: “Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa, serpihan yang tertinggal” karya dari: Ida Bedande Adi Suripto, ia mengatakan:
“Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu”.
Sedangkan penyembelihan kurban untuk orang mati pada hari (hari 1,7,4,…1000) terdapat pada kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39 yang berbunyi:
“Tuhan telah menciptakan hewan untuk
upacara korban, upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.”
2. Genduri (kenduri)
Kenduri merupakan upacara ajaran Hindu. Masalah ini terdapat pada kitab sama weda hal. 373 (no.10) yang berbunyi:
“Sloka prastias mai pipisatewikwani widuse bahra aranggaymaya jekmayipatsiyada duweni narah”.
Yang memiliki arti: “Antarkanlah sesembahan itu pada Tuhanmu Yang Maha Mengetahui”. Yang gunanya untuk menjauhkan kesialan.
3. Telonan, Mitoni dan Tingkepan
Upacara atau tradisi ini dilakukan dalam rangka memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan). Upacara ini biasa disebut Garba Wedana (garba : perut, Wedana : sedang mengandung). Selama bayi dalam kandungan dibuatkan tumpeng selamatan/sesaji Telonan, Mitoni, Tingkepan. Sedangkan setelah kelahiran upacara terhadap ari-ari, ialah setelah ari-ari terlepas dari si bayi lalu dibersihkan dengan air yang kemudian dimasukkan ke dalam tempurung kelapa selanjutnya dimasukkan ke dalam kendil atau guci. Kedalamnya dimasukkah tulisan ‘Aum‘ agar sang Hyang Widhi melindungi. Selain itu dimasukkan juga berbagai benda lain sebagai persembahan kepada Hyang Widhi. Kendil kemudian ditanam di pekarangan, dikanan pintu apabila bayinya laki-laki, dikiri pintu apabila bayinya perempuan. Kendil yang berisi ari-ari ditimbun dengan baik, dan pada malam harinya diberi lampu, selama tiga bulan. Kalau si bayi setelah dimandikan, maka airnya juga disiramkan kepada kendil tersebut.
Mohon disikapi dengan bijak saja… tanpa menyinggung perasaan.
dan semoga bermanfaat,
-o0o-
0 Response to "TRADISI UMAT MUSLIM YANG BERASAL DARI AJARAN HINDU"
Posting Komentar